Resensi Novel Harimau! Harimau!
Judul
karya resensi : Penyesalan Dosa
Judul buku
: Harimau! Harimau!
Penulis
:
Mochtar Lubis
Penerbit
: Yayasan
Obor Indonesia
Tebal
: vi + 214 halaman. : 11 x 17 cm
ISBN
: 978-979-461-109-8
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari
kehidupan sosial, sebuah kehidupan sosial akan membentuk suatu perkumpulan yang
disebut masyarakat, bisa dikatakan bahwa masyarakat yang baik adalah masyarakat
yang kehidupan sosialnya rukun. Dalam kehidupan sosial ada yang bersifat
vertikal dan ada yang bersifat horizontal. di antara sifat vertikal itu ialah
antara pemimpin dan rakyat, antara Tuhan dengan hambanya, dan yang bersifat
horizontal yaitu antara istri dan suami, antara individu dan kelompok. jika
salah satu hubungan dari dua ini rusak maka rusaklah masyarakat tersebut. Oleh
sebab itu novel Harimau-harimau hadir sebagai sebuah jembatan untuk memperbaiki
hubungan sosial baik yang bersifat vertikal maupun horizontal.
Adapun kesengajaan saya menganalisis novel ini berdasarkan
nilai sosial yang terkandung di dalamnya adalah untuk membantu menerjemahkan
nilai-nilai sosial yang sangat penting untuk kita ketahaui, karena secara tidak
sadar kita sudah disinggung besar-besaran oleh novel tersebut. Indonesia
misalkan, rusak akibat pemimpinnya yang pengecut, yang manis dari luar saja
namun pahit dan busuk didalamnya. gambaran seperti ini sudah tersirat dalam
ini. juga lebih dari itu yaitu
membantu
para mahasiswa yang bergelut di bidang sastra terutama mahasiswa Universitas
Kanjuruhan Malang untuk menambah wawasannya terhadap pemahaman sastra.
Pada novel yang dikarang oleh Moctar Lubis ini menceritakan
sekelompok orang dan diantara sekelompok itu ada seorang tokoh yang dianggap
orang yang tangguh, cerdik, dan menguasai Ilmu persilatan serta ilmu gaib
sehingga ia dipercaya untuk memimpin kelompok itu. Namun anggapan mereka salah
bahwa orang yang dianggapnya perkasa itu ternyat tidak lebih dari dari orang
yang pengecut. Dan diantara mereka itu sebetulnya masing-masing menyimpan dosa
besar sehingga dihukum oleh Tuhan dengan mengirimkan mereka sebuah hukuman.
Dalam hukuman itu mereka harus mnghadapi dengan dipimpin oleh seorang
pecundang.
Sorang tokoh yang lanjut usia lagi dari diceritakan dalam
novel itu mengawani seorang wanita kembang desa, karena nikah yang didasari
hanya untuk menyambung hidup suaminya saja tanpa landasan cinta sedikit pun
maka wanita menjadi sengsara.
Di akhir cerita, mereka ada mati dan mereka yang hibup
menyadarikesalahan-kesalahan yang membalut mereka selama ini. Masalah-masalah
tersebutlah yang saya kaitkan dengan masyarakat kita sekarang.
Tentang
Penulis :
Mochtar Lubis, pengarang ternama ini
dilahirkan tanggal 7 Maret 1922 di Padang. Selain sebagai wartawan ia dikenal
sebagai sastrawan. Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan dalam buku Si Jamal
(1950) dan Perempuan (1956). Sedang romannya yang telah terbit: Tidak
Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952) yang mendapat hadiah
sastra dari BMKN. Selain itu, romannya yang mendapat sambutan luas dengan judul
Harimau! Harimau! (Pustaka Jaya 1975) telah mendapat hadiah dari Yayasan
Buku Utama sebagai buku terbaik tahun 1975.
Sinopsis :
Di dalam hutan terdapat sumber-sumber nafkah hidup manusia seperti: rotan, damar,
dan berbagai bahan kayu. Tujuh orang pria yang terdiri dari Pak Haji Rakhmad,
Wak Katok, Pak Balam, Sutan, Buyung, Talib, dan Sanip telah seminggu lamanya
tinggal di dalam hutan mengumpulkan damar. Mereka mencari nafkah dengan
mengumpulkan damar untuk istri dan anak-anaknya di kampung Air Jernih,
terkecuali Buyung, ia satu-satunya yang paling muda diantara mereka dan belum
menikah.
Mereka bertujuh selalu bersama-sama pergi
mengumpulkan damar, meskipun mereka sebenarnya tak berkongsi, dan masing-masing
menerima hasil penjualan damar yang dikumpulkannya sendiri. Mereka merasa lebih
aman dan lebih dapat bantu-membantu melakukan pekerjaan.
Wak Katok merupakan pemimpin rombongan pendamar itu.
Yang muda-muda seperti Talib, Sanip, Sutan, dan Buyung, mereka semua murid
pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib pada Wak Katok.
Mereka termasuk orang baik di mata orang kampung.
Dari kampung Air Jernih ke hutan, ada seminggu
jauhnya berjalan kaki. Mereka membawa beras, cabai, asam, garam, da panci,
kopi, dan gula untuk perbekalan mereka selama berburu damar di hutan.Selain
mancari damar, mereka juga berburu rusa. Di hutan terdapat huma kepunyaan Wak
Hitam. Di sebuah pondok di ladang Wak Hitamlah mereka selalu bermalam selama
berada di hutan. Wak Hitam mempunyai empat orang istri, namun istri yang paling
mudalah yang menemaninya di huma. Ia bernama Siti Rubiyah. Ia masih muda dan
cantik. Wak Katok maupun muridnya yang muda-muda diam-diam menyukainya, namun
sebenarnya mereka takut pada Wak Hitam yang mempunyai ilmu sihir yang hebat.
Siti Rubiyah dipaksa orangtuanya menikah dengan Wak Hitam. Wak Hitam
menikahinya Siti Rubiyah hanya untuk memakai kemudaannyauntuk mempermuda
dirinya sendiri. Ada cerita yang mengatakan bahwa Wak Hitam bersekutu dengan
ibis, setan, dan jin, dan dia memelihara seekor harimau siluman. Saat itu Wak
Hitam sedang sakit demam yang tak kunjung sembuh, dengan sabar Siti Rubiyah
merawatnya.
Setelah mereka berminggu-minggu mengumpulkan
damar dan menumpang di huma Wak Hitam, mereka berniat untuk pulang ke
kampungnya membawa semua damar yang berhasil mereka kumpulkan. Di tengah
perjalanan mereka sempat berburu rusa. Di pinggir sungai mereka beristirahat
untuk makan malam dengan hasil buruan mereka. Disana mereka membuat sebuah
pondok dan api unggun. Pak Balam ketika sedang berhajat tiba-tiba ia diserang
oleh seekor harimau yang besar. Ia diseret ke tengah hutan. Kawan-kawannya
dengan sigap menyelamatkan Pak Balam bermodal senapan latuk milik Wak Katok dan
parang panjang. Pak Balam berhasl diselamatkan namun dalam keadaan yang sangat
parah. Pak Balam akhirnya bercerita bahwa ini semua terjadi akibat dosa-dosa
yang telah mereka lakukan di masa lalu. Satu per satu pun diantara mereka
menjadi korban harimau. Nyawa Pak balam, Talib, dan Sutan tak dapat
diselamatkan akibat diserang oleh harimau yang mengikuti perjalanan mereka.
Yang tersisa hanyalah Pak Haji, Wak Katok, Sanip dan Buyung. Wak Katok marah,
ia tidak senang setelah Pak Balam di masa kritisnya sebelum meninggal, ia
menceritakan segala dosa-dosanya yang terdahulu kepada teman-temannya. Mulai
dari situ terbongkarlah sosok Wak Katok yang sesungguhnya. Selama ini ia
berpura-pura menjadi orang yang ahli silat, ia juga sebenarnya dukun palsu. Ia
berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri dengan modal senapan miliknya.
Sampai akhirnya terjadi pertikaian di antara mereka dan jatuhlah korban. Pak
Haji meninggal setelah di tembak Wak Katok dengan senapan miliknya.
Dari kejadian itu Buyung dan Sanip mengatur
strategi untuk bisa mengambil senapan itu dari tangan Wak Katok. Diikatnya Wak
Katok dan ia dijadikan umpan agar harimau itu dapat Buyung bunuh. Sebelum
meninggal, Pak Haji pernah berkata bahwa “Bunuhlah lebih dahulu harimau
dalam hatimu dan percayalah pada Tuhan”. Kata-kata itu menyadarkan Buyung bahwa
ia harus percaya adanya Tuhan yang selalu melindungi dan jangan menaruh dendam
pada orang lain. Dengan senapan yang berhasil di ambil dari tangan Wak Katok,
Buyung akhirnya berhasil menembak mati harimau itu sebelum ia menyerang Wak
Katok. Buyung dan sanip bahagia, mereka telah berhasil menembak mati harimau
yang telah menyebabkan hidup mereka menjadi tidak tenang dalam perjalanan dan
telah menjatuhkan korban yang tak lain kawan-kawannya yang telah meninggal
dunia.
Keunggulan
buku :
Cover novel ini bagus, dengan perpaduan warna orange dan hitam serta
gambar seekor harimau dan seseorang yang sedang memegang senapan. Dari sini
pembaca dapat merasakan bahwa cerita dalam novel ini pasti penuh dengan
ketegangan. Selain itu gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami oleh
pembaca.
Kelemahan
buku:
Terdapat kata-kata yang kasar dalam novel ini. Dimana kata-kata itu muncul saat
konflik yang terjadi antar tokoh, contohnya seperti kata “bangsat”. Terdapat
beberapa kalimat yang menggambarkan pornografi, sehingga dari sini dapat
diketahui bahwa novel ini di tujukan untuk orang dewasa. Selain itu juga
terdapat beberapa kata-kata yang salah ketik dan beberapa kalimat yang
tidak sesuai dengan EYD dalam novel ini. Akhir cerita dalam novel ini tidak
jelas, seolah-olah ceritanya masih bersambung.
Saran-saran
terhadap buku ini :
Diharapkan penulis dapat menggunakan kalimat
yang sesuai dengan EYD dalam penulisan novelnya dan memeriksa kembali cerita
novelnya yang telah diketik, agar tidak terjadi kesalahan kata-kata
setelah novel di cetak.
Manfaat
isi buku :
Novel ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup
kita harus saling tolong menolong sebab kita tidak hidup sendiri dan tak ada
manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia harus belajar hidup
dengan kesalahan dan kekurangan manusia lain. Kita juga harus selalu
bersedia memaafkan kesalahan orang lain dan janganlah menaruh dendam kepada orang
lain seperti kalimat yang terdapat dalam novel ini “Bunuhlah harimau dalam
hatimu”. Selain itu juga novel ini mengingatkan kita agar kita selalu ingat
kepada Tuhan, jangan percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul. Kita juga
disadarkan untuk segera bertaubat atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan
karena sesungguhnya Tuhan dapat mengampuni segala dosa jika yang berdosa datang
pada-Nya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh-sungguh.